Hai, hai!
Postingan terakhir kapan nih? Setahun lalu? Dua tahun lalu? Yang jelas, saat itu status masih single ygy~
Terhitung setahun lebih terlewati, selama itu pula aku menyandang status baru; dari jofisa (jomblo fii sabiilillaah) kini mafisa (married fii sabiilillaah). Perubahan status ini pastinya juga mengubah banyak hal. Bukan hanya pindahnya tanggung jawab dari Bapak ke suami atau bergantinya berkas-berkas hitam di atas putih, melainkan juga pada hal-hal esensial seperti value dalam hidup, goals yang ingin dicapai, serta kehidupan ideal yang diinginkan baik ketika di dunia maupun di akhirat nanti.
Berganti status juga berarti bertambah peran. Yang tadinya hanya sebagai anak, sekarang sebagai istri dan menantu (sebentar lagi sebagai ibu). Di antara semua itu, banyak sekali ilmu mengenai pernikahan yang harus diterapkan dan yang masih harus terus dipelajari. Ketika ingin menikah, berdoa, "Ya Allah, sepertinya hamba sudah siap." Ketika akan menikah, "Ya Allah, bisa nggak ya?" Saat sudah menikah, "Ternyata tidak semudah teori ya, Ya Allah." 😆
Sejujurnya ilmu tentang pernikahan dan parenting sudah kupelajari sejak di tahun kedua kuliah. Mulai dari menyimak pembahasan saat kuliah, membaca buku, mengikuti kajian dan seminar pranikah (online maupun offline), diskusi dengan teman, sharing dengan emak-emak, sampai mengikuti kuliah Psikologi Pernikahan dari CPMH UGM dan menimba ilmu di Institut Ibu Profesional. Intinya, semua hal yang kata orang-orang "untuk memantaskan diri" aku lakukan selagi mampu. Semangat "menyiapkan diri" ini muncul usai mendengar kalimat seorang Ustadzah, "Anak-anakmu berhak dilahirkan dari ibu yang cerdas, yang siap!" Sedehana, tapi rasanya membekas sekali.
Selain itu, dalam Islam, pendidikan anak dimulai sejak kita memilih pasangan, bukan? Dan di antara hak anak yang harus dipenuhi sebelum ia lahir ke dunia adalah dicarikan calon istri dan ibu yang shalihah. Well, gimana kita bisa memilih dan dipilih oleh laki-laki shalih kalau kita sendiri tidak berusaha untuk menjadi shalihah? :")
Di sisi lain, seperti yang kukatakan tadi, tidak semudah itu menerapkan teori yang kita pelajari saat menjalani pernikahan ya, bestie~ Ada saja hal-hal yang akan membuat kita terkedjoet, wkwk. Kita tidak bisa mengharapkan segala sesuatunya selalu ideal. Ada banyak faktor yang mempengaruhi apakah suatu teori dan strategi bisa diterapkan atau tidak, bisa dinegosiasikan atau tidak.
Walaupun begitu, ilmu dalam pernikahan tetaplah sangat penting. Tidak ada proses belajar yang sia-sia. Sedikit belajar masih lebih baik daripada tidak tahu sama sekali. Paling tidak, kita nggak akan hadir dengan kepala kosong. Kita akan tahu posisi dan peran kita sebagai istri. Saat ada masalah, kita jadi tahu harus berbuat apa. Kita jadi tahu mana perkara yang bisa didiskusikan dan mana perkara yang harus diterima dengan lapang dada. Bahkan, ketika harus menempuh jalan diskusi pun, kita jadi bisa mengira-ngira apakah waktunya tepat atau tidak, kalimat yang digunakan harus seperti apa, dan sebagainya.
Ribet banget dong yaa menikah itu? Harus belajar ini itu, siap ini itu, banyak banget kayaknya yang harus dihadapi. Yah, kelihatannya sih begitu. Tapi, manusia Allah ciptakan berpasang-pasangan, dan demikianlah fitrah itu ditetapkan dan menjadi bagian dari Sunnah. Hanya Allah yang boleh sendirian, kamu jangan. Sendiri mungkin dirasa ringan, tapi Allah juga berjanji akan memampukan dan memudahkan mereka yang menikah karena-Nya dan di jalan-Nya. Jadi, percaya aja sama Allah. Menikah itu indah bagi mereka yang lurus niatnya, paham ilmunya. :")
Setahun lebih menikah dan berperan sebagai istri dan menantu, tidak lantas membuat setiap hal terasa selalu mudah dan gampang walau "merasa" sudah belajar ini itu. Tapi juga tidak sesulit dan serumit yang dibayangkan. Percayalah bahwa setiap pernikahan pasti ada ujiannya, termasuk pernikahan para selebgram yang manisnya terpampang nyata di media sosial. Sampai sekarang, aku sendiri masih butuh banget terus belajar dan beradaptasi. Lima tahun pernikahan katanya adalah masa yang sangat krusial, lebih-lebih tahun pertama. Alhamdulillaah, Allah mudahkan segalanya bagiku dan suami sehingga kami mampu melewati tahun pertama ini dengan baik.
Menikah, lantas apa yang berubah? Selain hal-hal yang secara umum sudah kusebutkan di atas, masih banyak. Banyak sekali yang berubah. Aktivitas. Rutinitas. Adaptasi. Finansial. Hal-hal baru yang dipelajari. Nanti deh yaa, di part selanjutnya, hehe.