Pages

Rabu, 12 Oktober 2022

Menikah, Apa yang Berubah? - Sebuah Pengantar

Hai, hai!

Postingan terakhir kapan nih? Setahun lalu? Dua tahun lalu? Yang jelas, saat itu status masih single ygy~

Terhitung setahun lebih terlewati, selama itu pula aku menyandang status baru; dari jofisa (jomblo fii sabiilillaah) kini mafisa (married fii sabiilillaah). Perubahan status ini pastinya juga mengubah banyak hal. Bukan hanya pindahnya tanggung jawab dari Bapak ke suami atau bergantinya berkas-berkas hitam di atas putih, melainkan juga pada hal-hal esensial seperti value dalam hidup, goals yang ingin dicapai, serta kehidupan ideal yang diinginkan baik ketika di dunia maupun di akhirat nanti.

Berganti status juga berarti bertambah peran. Yang tadinya hanya sebagai anak, sekarang sebagai istri dan menantu (sebentar lagi sebagai ibu). Di antara semua itu, banyak sekali ilmu mengenai pernikahan yang harus diterapkan dan yang masih harus terus dipelajari. Ketika ingin menikah, berdoa, "Ya Allah, sepertinya hamba sudah siap." Ketika akan menikah, "Ya Allah, bisa nggak ya?" Saat sudah menikah, "Ternyata tidak semudah teori ya, Ya Allah." 😆

Sejujurnya ilmu tentang pernikahan dan parenting sudah kupelajari sejak di tahun kedua kuliah. Mulai dari menyimak pembahasan saat kuliah, membaca buku, mengikuti kajian dan seminar pranikah (online maupun offline), diskusi dengan teman, sharing dengan emak-emak, sampai mengikuti kuliah Psikologi Pernikahan dari CPMH UGM dan menimba ilmu di Institut Ibu Profesional. Intinya, semua hal yang kata orang-orang "untuk memantaskan diri" aku lakukan selagi mampu. Semangat "menyiapkan diri" ini muncul usai mendengar kalimat seorang Ustadzah, "Anak-anakmu berhak dilahirkan dari ibu yang cerdas, yang siap!" Sedehana, tapi rasanya membekas sekali.

Selain itu, dalam Islam, pendidikan anak dimulai sejak kita memilih pasangan, bukan? Dan di antara hak anak yang harus dipenuhi sebelum ia lahir ke dunia adalah dicarikan calon istri dan ibu yang shalihah. Well, gimana kita bisa memilih dan dipilih oleh laki-laki shalih kalau kita sendiri tidak berusaha untuk menjadi shalihah? :")

Di sisi lain, seperti yang kukatakan tadi, tidak semudah itu menerapkan teori yang kita pelajari saat menjalani pernikahan ya, bestie~ Ada saja hal-hal yang akan membuat kita terkedjoet, wkwk. Kita tidak bisa mengharapkan segala sesuatunya selalu ideal. Ada banyak faktor yang mempengaruhi apakah suatu teori dan strategi bisa diterapkan atau tidak, bisa dinegosiasikan atau tidak.

Walaupun begitu, ilmu dalam pernikahan tetaplah sangat penting. Tidak ada proses belajar yang sia-sia. Sedikit belajar masih lebih baik daripada tidak tahu sama sekali. Paling tidak, kita nggak akan hadir dengan kepala kosong. Kita akan tahu posisi dan peran kita sebagai istri. Saat ada masalah, kita jadi tahu harus berbuat apa. Kita jadi tahu mana perkara yang bisa didiskusikan dan mana perkara yang harus diterima dengan lapang dada. Bahkan, ketika harus menempuh jalan diskusi pun, kita jadi bisa mengira-ngira apakah waktunya tepat atau tidak, kalimat yang digunakan harus seperti apa, dan sebagainya.

Ribet banget dong yaa menikah itu? Harus belajar ini itu, siap ini itu, banyak banget kayaknya yang harus dihadapi. Yah, kelihatannya sih begitu. Tapi, manusia Allah ciptakan berpasang-pasangan, dan demikianlah fitrah itu ditetapkan dan menjadi bagian dari Sunnah. Hanya Allah yang boleh sendirian, kamu jangan. Sendiri mungkin dirasa ringan, tapi Allah juga berjanji akan memampukan dan memudahkan mereka yang menikah karena-Nya dan di jalan-Nya. Jadi, percaya aja sama Allah. Menikah itu indah bagi mereka yang lurus niatnya, paham ilmunya. :")

Setahun lebih menikah dan berperan sebagai istri dan menantu, tidak lantas membuat setiap hal terasa selalu mudah dan gampang walau "merasa" sudah belajar ini itu. Tapi juga tidak sesulit dan serumit yang dibayangkan. Percayalah bahwa setiap pernikahan pasti ada ujiannya, termasuk pernikahan para selebgram yang manisnya terpampang nyata di media sosial. Sampai sekarang, aku sendiri masih butuh banget terus belajar dan beradaptasi. Lima tahun pernikahan katanya adalah masa yang sangat krusial, lebih-lebih tahun pertama. Alhamdulillaah, Allah mudahkan segalanya bagiku dan suami sehingga kami mampu melewati tahun pertama ini dengan baik.

Menikah, lantas apa yang berubah? Selain hal-hal yang secara umum sudah kusebutkan di atas, masih banyak. Banyak sekali yang berubah. Aktivitas. Rutinitas. Adaptasi. Finansial. Hal-hal baru yang dipelajari. Nanti deh yaa, di part selanjutnya, hehe.

Siap menanti?
---


Fyi, tadinya mau langsung dirinci aja, eh kok pengantarnya malah panjang banget. Wkwk.

Selasa, 08 September 2020

Komunikasi Produktif #6: Kelepasan



Dari semalem dah siap mental banget buat komprod hari ini. Kebetulan hari ini planning-ku adalah ngurus sesuatu ke bank. Ini untuk ketiga kalinya aku ke bank, setelah yang pertama dan kedua gagal penuh drama. Padahal cuma mau ngurusin pin ATM yang keblokir doang. Tapi entah kenapa prosesnya kek suliiit bangett. Mulai yang ngantri lama lah, petugasnya ga ada lah, sampe akhirnya hari ini selesai dan ternyata "cuma gitu doang". 


Cuma gitu doang, karena proses hari pertama dan kedua itu rasanya percuma banget. Waktuku bener-bener kebuang sia-sia kalo tau pada akhirnya ternyata ga seribet di awal. Aneh emang. Jadi rencana komprod hari ini bareng petugas bank akhirnya gagal deh, karena toh pada akhirnya ga ketemu lama dan ga bisa nanya atau ngobrol soal keluhan kemarin-kemarin. 

Tapi nyatanya gagal di sesuatu yang ga dipersiapkan. Entah kenapa tadi rasanya ga bisa mengerem emosi yang bergejolak sewaktu anak-anak ada yang becanda ketika murojaah. Mungkin karena suasana di luar emang ga kondusif buat belajar di siang terik (ruang biasa disiapin buat acara), maka anak-anak jadinya banyak yang konsen. Apalagi mereka juga dah tau kalo hari ini bakal pulang lebih awal. Intinya kita semua pada galfol deh keknya, hmm.

Mendadak aku ga bisa menahan diri buat ga jutek ke anak yang melanggar, padahal biasanya ga gitu amat. Kalo udah kayak gini tuh rasanya ngerasa bersalah banget, huhu. Untungnya abis itu langsung keinget, dan akhirnya bisa normal lagi. Walau anaknya sempat agak diam melihat sikapku. Hmm. 

Aku beneran lepas kontrol deh keknya soal poin komprod yang mengambil jeda gitu, jadinya reflek negur dan emosi sedikit muncul. Ga ada menatap mata, ga ada dengan lembut, yang tadi itu tegas tapi mungkin ga enak di telinga anak. Huhu. Rencana besok aku bakal memperbaiki ini, terutama eye contact sih yang jarang banget. 

So, bintangku hari ini: 🌟🌟. 

#harike6
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia

Senin, 07 September 2020

Komunikasi Produktif #5: Jangan Paksa




Hari ini ketemu anak-anak lagi~ 

Pas di jam 2 siang tadi listrik lagi mati. Walau berada pada ruangan dengan pintu dan jendela lebar, udara di dalam tetaplah rasanya panasss banget tanpa kehadiran tiga nyala kipas angin. Dari awal mereka dah minta belajarnya di luar aja, tapi karena besar risikonya mereka ga konsen, aku tetap kekeuh supaya mereka belajar di dalam ruangan saja. 

Hanya tahan 30 menit aja. Abis itu mereka ga tahan dan protes minta belajar di luar. Katanya keringat mereka sampe netes-netes saking kepanasannya. Apa aku juga kepanasan? Gerah? Pastinya. Tapi ya ga mungkin juga diungkapkan, karena pada saat itu aku tidak ingin mencontohkan kepada mereka suatu hal bernama "mengeluh". 

Di sinilah poin komprodku. Komprod dengan diri sendiri bahwa aku ga boleh mengeluh untuk menguatkan alasan mereka tidak boleh belajar di luar. Kalo  belajar di luar, hmm ga yakin bisa konsen. Apalagi yang anak-anak level 2 juga sedang di luar. Pasti jadi makin rame dan makin ga konsen. 

Apa dengan menyimpan keluhanku mereka lantas mau tetap belajar di dalam? Ternyata nggak, haha. Bener-bener tantangan ini mah. Udara yang luar biasa panas bikin mereka makin ga betah. Aku sudah berusaha mengomunikasikan kepada mereka agar tetap berada di dalam dengan pertimbangan lebih fokus tadi, tapi di sisi lain juga tidak bisa memaksakan keinginanku karena ada faktor lain yang membuat tidak nyaman.

So, poin komunikasi produktifku kali ini adalah berusaha tidak memaksakan keinginanku kepada anak-anak. Lebih daripada itu aku juga belajar sabar karena apa yang menurutku ideal saat itu benar-benar tidak bisa dipaksakan harus demikian. 

Bintangku hari ini, hmm, 3 bintang saja sepertinya. Mari belajar lebih sabar lagi besoook, latihan komprod dengan CS bank, karena sepertinya aku harus mengurus sesuatu ke bank besok.

#harike5
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia

Minggu, 06 September 2020

Komunikasi Produktif #4: Senormal Mungkin


Weekend itu biasanya momen buat charger diri, setelah sepekan berkegiatan, sibuk ngurus ini itu, dan lain hal. Nyatanya ga bisa gitu-gitu amat juga ya, haha. Padahal diriku maunya diem-diem bae.

Berkaitan dengan komprod, ada beberapa yang curhat ke diriku. Padahal rasanya dah overwhelmed banget dan lagi ga pengen ngomong sama siapa pun. Cukup komprod ke diri sendiri aja. Tapi, kalo dipikir-pikir, aku selalu berdoa agar bisa jadi orang bermanfaat. Maka inilah ladang pahala itu. 

Ingat akan hal itu, aku jadi mikir lagi. Walau pikiran rasanya lagi "penuh" banget dan butuh diistirahatkan sebentar, aku berusaha menanggapi semua hal yang disampaikan kepadaku sebiasa mungkin. Senormal mungkin. Tarik napas banyak-banyak. Karenaaa, kata-kata yang kita keluarkan akan mencerminkan diri kita. 

So that's it. Berusaha ikhlas, komprod dengan diri sendiri untuk melakukan peran dengan sebaik mungkin. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Rencana besok mungkin masih akan memperbaiki komprod dengan diri sendiri lagi, terutama perihal berpikir positif. Juga bakal komprod dengan anak-anak karena ada suatu hal yang harus dikomunikasikan. 




#harike4
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia

Sabtu, 05 September 2020

Komunikasi Produktif #3: Menjeda, 7-38-55


Hari ini lagi ga nafsu makan banget. Dari pagi cuma sarapan nasi yang dibeliin Ibuk. Siang cuma sebatas ngemil. Ada tukang bakso, tapi lagi ga pengen. Pengen makan ketupat sayur tapi ternyata abis. Padahal siang tadi Ibuk ga ada, jadi harusnya bisa beli sesuatu tanpa ada rasa ga enak kalo masakan di rumah ga dimakan. Yaudah deh, akhirnya cuma ngemil aja. Mau dipaksain makan juga ga bisa.  

Malam ini, tiba-tiba pengen pecel lele, haha. Emang kadang suka aneh aku tuh. Tapi masalahnya, gimana bilang ke Ibuk? Takut aja gitu beliau marah karena ga mau makan masakan di rumah. Ini sesuatu yang berisiko sih sebenernya, karena pastinya diriku juga ingin menjaga perasaan Ibuk. Lain halnya kalo Ibuk juga kondisinya ga nafsu makan, jadi bisa kan sekalian nawarin juga mau beli apa. 

Karena dah buntu harus gimana, yaudah mari kita coba tanya aja. Kurasa ini waktu yang tepat, di rumah lagi rame, Ibuk lagi santai, dan kemungkinan untuk marah kelihatannya sangat kecil... 

Aku: "Ibuk, udah makan belum?"
Ibuk: "Belum."
Aku: "Ibuk mau bakso atau apa?"
Ibuk: "Ngapain beli-beli, makanan di rumah banyak." 
Aku: "Mmm ..."

Tarik napas, kasih jeda, berusaha menjelaskan dengan sesimpel dan selembut mungkin dengan kaidah 7-38-55. Aku juga terbantu banget dengan Bapak sewaktu komprod perihal ini ke Ibuk, karena rupanya Bapak juga lagi ga nafsu makan. Alhamdulillah, sukses walau tadi sempat maju mundur dan rada overthinking. Komprodku kali ini kurasa poin pentingnya adalah perihal memilih waktu yang tepat, karena pas banget juga momennya tepat. Ga kebayang kalo pas Ibuk ga lagi santai, mungkin hasilnya bakal beda. Dan kaidah 7-38-55, masya Allah, it works. 
So, okelah ya, kalo kali ini bintangku nambah 1 dari kemarin, hehe. Besok belum tau mau komprod apa, tapi rencana tetap adalah komprod ke diri sendiri. Semoga ada tambahan hal lain lagi. ^ ^ 




#harike3
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia

Jumat, 04 September 2020

Komunikasi Produktif #2: Yang Tak Terduga...


Kzl ga sih kalo sesuatu yang sudah direncanakan dengan matang trus tetiba harus berubah haluan? Pastinyaaa, tapi... berhubung aku tu sekarang lagi belajar mengubah kata "masalah" menjadi "tantangan", aku "berusaha" menjalaninya dengan aman damai sentosa. Serenteng to-do list pagi hari yang terencana terpaksa harus bergeser jamnya. 

Dan bukan hidup namanya kalo dalam prosesnya ga ada jungkir balik, terutama buat seseorang tipikal well-prepared macam diriku ini. Sebel karena pergeseran waktu pastinya berdampak buat kegiatan lainnya. Sebel karena hal yang tak terduga itu seringnya memicu emosi negatif. Hm, oke... Kalo ga disikapi dengan baik ini bakalan lebih lama kelarnya.

Berusaha untuk santuy, selow, woles, apa pun itu, tapi susah juga ya ternyata. Tarik napas, hembuskan, begitu berulang-ulang... Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang... Ah ya! Cuss, putar murottal. Nyimak, ngedengerin, ngikutin sambil lipat baju dan beberes kamar. Selesai satu juz selesai juga satu pekerjaan. Masya Allah, nikmatnya. 🖤

Pekerjaan selanjutnya adalah pekerjaan yang membutuhkan diriku untuk mobile, jadi ga bisa bawa-bawa HP untuk murottal. Kerasa banget capeknya. Emosi negatif naik lagi, yaudahlah dibawa makan nasi dulu yak daripada makan hati, hitung-hitung buat ambil jeda. Gapapa kok kalo karena ambil jeda, pekerjaan jadi tertunda sebentar. Gapapa, ga semuanya harus selesai dalam sekejap mata. Ya namanya manusia, hanya bisa berencana selebihnya Allah yang menetukan. Harus siap menghadapi hal-hal di luar ekspektasi. 

Dari jeda itu jadi kebawa mikir, begini yaa rutinitas jadi mamak-mamak. Kalo ga tau ilmunya, rutinitas macam ini bisa bikin emosi negatif cepat naik. Nah kali ini, itung-itung diriku dapat kesempatan berlatih. Mari jangan disia-siakan. Ini ladang pahala juga, ya kan? 

Alhamdulillah, setelah proses pergolakan batin, mengambil jeda, semuanya kemudian bisa dikontrol dengan baik. Fiuhh... Gimana sih ya caranya melakukan rutinitas dengan bahagia? Keknya masih harus latihan terus. Tapi yang kali ini insya Allah not bad lah ya.

Dan mari kita belajar lagi tentang ini besoook~ 



Semangattt, sobatualang semua ^^

#harike2
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia

Kamis, 03 September 2020

Komunikasi Produktif #1: Mulai dengan Berdamai pada Diri Sendiri

Hari pertamaaa, masya Allah ndredeg dirikuuu~ bolak-balik baca materi, berusaha inget-inget lagi apa yang disampaikan kakaWI di acara Api Unggun dan Bincang Tantangan. Alhamdulillah, hari ini aku mendapatkan banyak sekali temuan untuk berlatih tantangan Komunikasi Produktif (selanjutnya kusingkat komprod ya). Tapi kuceritakan dua hal saja ya, kalo semua kebanyakan. 😂


Pertama, aku tuh tipikal yang suka kepikiran kalo ada sesuatu yang harus dikerjain tapi belum beres, walau kadang suka menunda juga. Ujung-ujungnya jadi kagak konsen ngerjain sesuatu yang sedang di depan mata. Maka dari pagi udah siapin mental bangettt, berusaha berkomunikasi ke diri sendiri, "Gapapa kalo belum bisa kerjain tugas sekarang. Gapapa, kok, kalo malem baru setor tugas. Gapapa kalo yang lain pada gercep. It's okay, waktunya masih panjang, asal jangan sampe ga setor ya. Yuk, fokus!"

Intinya harus berdamai dulu dengan diri sendiri kalo pada akhirnya ada hal-hal yang ga bisa dikerjakan secara sempurna. Yang jauh lebih penting proses belajar dan tekad menyelesaikan sampai akhir, kan? Alhamdulillah, komprod dengan diri sendiri perihal ini bisa dilakukan dengan baik walau ketika liat timeline dan WAG masih ada bisikan-bisikan kecil di hati macam, "Ih, kok orang-orang pada gercep yak?" 

Haha, masih butuh latihan terus keknya, gaisss. 

Buatku komprod dengan diri sendiri perihal di atas itu penting banget. Bukan untuk menurunkan kualitas, tapi lebih ke berdamai dengan diri sendiri. Berdamai dengan keadaan, bahwa ada hal-hal yang sudah menjadi rutinitas dan ga bisa digeser waktunya. Di luar diri sendiri, juga karena playground tantanganku yang lain baru bisa kudatangi siang hari. 

Nah, yang kedua... Kudatangi playground tantanganku. Pas sampe gerbang, para krucil kesayangan dah pada laporan aja, "Ustadzah, ini loh blabla ..." Dan segala macemnya. Cekgu berusaha menahan napas, berusaha tidak menerima mentah-mentah info sebelum clear and clarify. Pas diklarifikasi ke anaknya, ini sih langsung bisa beres, entah apa bawaannya jadi woles aja gitu ngadepinnya. Ah ya, mungkin karena ingat lagi latihan komprod. Dan sukses dong. Eh tapi ini mah ga seru kalo ga ada yang menahan emosinya gitu yak, jadi ga kuanggap sebagai tantangan deh. 😂✌

Maka inilah bagian itu... Dia datang dengan cerianya, sambil mengulum permen, padahal kelas udah mulai. Aku yang lagi riweh karena baru keinget speaker murottal ketinggalan jadi sedikit kebawa emosi yang kututupi sebaik mungkin, "Ayo, permennya dihabiskan." 

Laaah, dianya senyum-senyum. Oke, tahan napas, ish bawaannya udah mau nyuruh keluar ajaaa, sampai akhirnya teori komprod tetiba muncul di kepala, "Permennya mau dihabiskan sekarang atau dibuang?" 

"Eh ga boleh buang makanan, Ustadzah. Kan mubazir," anak lainnya mengingatkan. 

Oh iya. Duh. Maafkan ya. Salah deh ngasih opsinya. 😂 Yaudah kembali ke awal, tapi lebih bijak kalimatnya, "Ustadzah mau kamu habisin permenmu sekarang. Dikunyah." Sedetik kemudian terdengar suara permen beradu dengan gigi geraham dari mulut anak itu. Apakah setelah itu kemudian dunia aman damai sejahtera? 

Oh tidak, dengan cerianya ia kembali menunjukkan bahwa ia tidak kooperatir walau kelas akan dimula. Aku teringat aku harus "menyetel" anak ini sejak awal supaya dia bisa fokus murojaah dan mengeluarkan suara. Let's keep it short and simple, "Mau main di luar atau murojaah?"

"Murojaah." Tapi sambil nyengir. 

Kuulang pertanyaan yang sama, tapi responnya juga masih sama. Kutatap matanya tak berkedip. Memberitahunya bahwa aku serius. Da masih nyengir juga, walau jawabannya tak berubah. Hampir-hampir intonaai meninggi, dada ini sudah bergejolak karena emosi mulai membuatnya sempit, tapi tahannn... lagi latihan komprod, wkwk. Sampai entah pertanyaan ke berapa baru kudapati janji bahwa kali ini ia akan sungguh-sungguh. Dan yeaayyy, dia beneran konitmen dong sampai akhir. Masya Allah, suaranya kenceng, murojaahnya serius. Manteplaaa wkwk. 

Puasss? Belooom, aku menetapkan standar 5 ⭐ hanya kalau semua sudah tidak ada drama tahan emosi yang bergejolak dan bisa melakukan dengan bahagia. So, dapat 3 bintang udah lumayan banget ya, diriku. 

Tantangan komprod untuk besok mungkin masih sama dengan hari iniii, komprod dengan diri sendiri dan anak-anak, mungkin pada anak yang sama, supaya apa yang tadi dilakukannya jadi habit. Atau ke anak yang lainnya, kalo ada sesuatu yang perlu di-komprod-kan. 😂



Sampai jumpa tantangan esok hari, sobatualang~ ^^